Mamuju – Dalam rangka menjaga keberlanjutan produksi dan ketahanan komoditas kakao nasional Bidang Perlindungan Tanaman Perkebunan Dinas Perkebunan Sulawesi Barat berdasarkan arahan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian pada 20 Juni 2025 menghimbau Daerah-Daerah penghasil kakao agar kiranya waspada terhadap penularan Cocoa Swollen Shoot Virus (CSSV) yang ditularkan oleh serangga vektor kutu putih (Planococcus citri, Planococcoides njalensis, dan spesies lainnya).

Serangan virus ini menimbulkan gejala khas berupa garis merah pada daun muda, pembengkakan batang dan akar, serta deformasi buah, dan dapat menyerang tanaman pada semua fase pertumbuhan. Akibat serangan CSSV dapat menurunkan produksi kakao sebesar 25-50%, termasuk penurunan produktivitas dan kerugian ekonomi yang besar.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25 Tahun 2020, CSSV dikategorikan sebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A2, yang telah ditemukan secara terbatas di Indonesia (Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, dan Jawa Timur).

Adapun langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya : Meningkatkan kewaspadaan di wilayah masing-masing; Melaksanakan sosialisasi kepada pekebun mengenai bahaya CSSV, penularan, gejala, dan upaya pencegahannya; Mengendalikan vektor (kutu putih) berbasis Pengendalian Hama Terpadu (PHT); Melakukan eradikasi terbatas terhadap tanaman kakao yang terkonfirmasi atau diduga kuat terinfeksi CSSV; Berkoordianasi dengan instansi terkait dalam pengawasan OPTK A2 CSSV; dan Melaporkan hasil pengamatan dan pengendalian CSSV secara berkala melalui aplikasi SiPeReDa OPT.