MAMUJU–Dinas Perkebunan Sulbar terus medorong tumbuhnya industri atau pengolahan kakao. Bukan hanya perbaikan dan peningkatan di level on farm maupun off farm, tetapi termasuk penyajian informasi potensi dan peluang pengembangan kakao di Sulbar ke masyarakat dan seluruh stakeholder pada berbagai kanal informasi yang ada. Pada Jum’at, 25 Januari 2025, Kepala Dinas Perkebunan Sulbar, H. Herdin Ismail menugaskan Plt. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP) menjadi pembicara dalam dialog interaktif yang disiarkan oleh RRI Mamuju. Dialog ini mengupas topik “Peluang Investasi Tanaman Kakao di Sulawesi Barat”.
Dalam dialog interaktif ini, Agustina Palimbong yang menjabat Plt. Kepala Bidang PPHP Subar memaparkan berbagai data dan informasi terkait peluang Investasi komoditi kakao Sulbar, dan juga menambahkan potensi dan peluang komoditi perkebunan lainnya secara umum.
Dalam kegiatan tersebut, Agustina menjelaskan beberapa poin penting terkait topik yang bahas, yaitu keunggulan komparatif kakao Sulbar, baik dari aspek kesesuaian kodisi alam dan tekno kultur masyarakat, menjadi salah satu sentra produksi kakao, potensi luas lahan pengembangan yang cukup tinggi hingga dukungan dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Sulbar merupakan kawasan pengembangan kakao secara nasional, dan bahkan rancangan RPJMN 2025 – 2029 mengarahkan tema pembangunan Sulbar yakni Sentra Pengolahan Komoditas Perkebunan, yang diharapkan akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan diharapkan mendukung pencapaian target penurunan kemiskinan dan target pembangunan lainnya.
“Ini dimungkinkan karema permintaan pasar yang tinggi, Sulbar berpotensi menjadi pemasok utama biji kakao 90% untuk ekspor. Harga biji kakao Rp.120.000-185.000/kg dengan kadar air 7% sesuai dengan SNI 2323:2008. Selain biji kakao ada produk kakao lain seperti butter, bubuk, dan cokelat batang yang dihasilkan oleh UPH binaan Dinas Perkebunan seperti UPH Mapilli Jaya” Kata Agustina.
Plt. Kepala Bidang PPHP ini kembali menekankan beberapa peluang Investasi yang dapat dilirik oleh para investor kakao seperti sumber daya manusia di Sulawesi Barat sebagian besar telah memiliki skill dalam budidaya kakao sehingga hal ini dapat memudahkan Investasi dalam pelatihan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP) nya. Kakao sangat rentan terhadap hama dan penyakit seperti serangan heliopeltis dan penyakit busuk buah, Investasi pada teknologi pengendalian hama dan penyakit serta bibit unggul tahan penyakit sangat diperlukan. Masih ada tantangan dalam akses jalan lahan produksi sehingga investasi dalam infrastruktur juga menjadi akses penting. Terakhir, kualitas panen dan pasca panen juga menjadi standar dalam ekspor, yang bisa menjadi peluang investasi dalam penerapan standar produk seperti sertifikasi kakao.